RAID
DEFINISI DARI RAID

Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi k
e dalam beberapa skema, yang disebut dengan "RAID Level".
Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan,
tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni
dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga
mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus, dan sistem operas
tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema RAID tersebut.
Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di dalam
level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
SEJARAH
Pada tahun 1978, Norman Kan Ouchi dari International Business Machines (IBM) dianugerahi paten Amerika Serikat, dengan nomor 4092732 dengan judul "System for recovering data stored in failed memory unit." Klaim untuk paten ini menjelaskan mengenai apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5 dengan penulisan stripe secara penuh. Patennya pada tahun 1978 tersebut juga menyebutkan bahwa disk mirroring atau duplexing (yang kini dikenal sebagai RAID 1) dan juga perlindungan dengan paritas khusus yang didedikasikan (yang kini dikenal dengan RAID 4) bisa digunakan, meskipun saat itu belum ada implementasinya.
Istilah "RAID" pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy kats dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987, 9 tahun berselang setelah paten yang dimiliki oleh Norman Kan Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan penggunaan dua hard disk
atau lebih agar terlihat sebagai sebuah perangat tunggal oleh sistem
yang menggunakannya, dan kemudian mereka mempublikasikannya ke dalam
bentuk sebuah paper berjudul "A Case for Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)" pada bulan juni 1988
pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa
purwarupa RAID level, atau kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap
RAID level tersebut secara teoritis memiliki kelebihan dan juga
kekurangannya masing-masing. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun
mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut
memang secara substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang
dibuat oleh Patterson dan kawan-kawan, tapi implementasi tersebut
menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis oleh Patterson. Hal
ini bisa jadi membingungkan, sebagai contoh salah satu implementasi RAID
5 dapat berbeda dari implementasi RAID 5 yang lainnya. RAID 3 dan RAID 4 juga bisa membingungkan dan sering dipertukarkan, meski pada dasarnya kedua jenis RAID tersebut berbeda.
JENIS - JENIS RAID
1.) RAID 0 (mode striping)
Pada RAID 0 ini membutuhkan minimal 2 harddisk yang digunakan.
Sebenarnya RAID 0 ini belum bisa dikatakan sebagai RAID karena tidak ada
harddisk yang berfungsi sebagai koreksi errornya. Prinsip dari RAID 0
adalah menggabungkan kapasitas harddisk satu dengan yang lainnya
sehingga secara logika hanya terlihat satu harddisk yang terbaca pada
komputer dengan kapasitas besar. Data yang ditulis pada
harddisk-harddisk tersebut terbagiatas fragmen-fragmen. Dimana
fragmen-fragmen tersebut disebar diseluruh harddisk. Ada keuntungan dan
kekurangan dari pembentukan RAID 0 ini.
Keuntungannya adalah memungkinkan kita untuk menghemat biaya dan juga
dapat membuat harddisk dalam kapasitas yang besar yang tentunya belum
ada dipasaran. Sebagai contoh :
Kita memerlukan harddisk dalam kapasitas besar yakni 5TB. Sedangkan
dipasaran sekarang harddisk dalam kapasitas tersebut belum tersedia.
Jika adapun akan dibandrol dengan harga yang sangat mahal. Kita dapat
mengakalinya untuk membuat harddisk 5 TB tersebut yakni dengan
menggunakan prinsip dari RAID 0 ini. Kita memerlukan 10 buah harddisk
dengan kapasitas 500GB (harga 1 harddisk sekitar 450 ribu) atau
memerlukan 5 buah harddisk dengan kapasitas 1TB (harga 1 buah harddisk
sekitar 1juta). Maka untuk membuat haddisk dengan kapasitas 5 TB kita
membutuhkan biaya sekitar 4,5 - 5 juta. Jika dibandingkan dipasaran
(jika ada) sekarangpun harddisk dengan kapasitas 5 TB akan dibandroll
dengan harga diatas 5 juta. Nah inilah kenapa disebut sebagai Redundant
Array of Inexpensive Disk.
Keuntungan lainnnya adalah data dapat dibaca secara cepat dengan RAID 0
karena saat komputer membaca sebuah fragmen di satu harddisk, komputer
juga dapat membaca fragmen lain di harddisk lainnya.
Kekurangannya adalah karena tidak ada harddisk yang berfungsi sebagai
koreksi errornya untuk mengembalikan data kebentuk semula maka jika
salah satu harddisk mengalami kerusakan fisik maka data tidak akan dapat
dibaca sama sekali.
2.) RAID 1 (mode mirroring)
Membutuhkan ninimal 2 harddisk.
Prinsipnya adalah menyalin isi dari sebuah harddisk ke harddisk lainnya
dengan tujuan jika salah satu harddisk rusak secara fisik maka data
tetap dapat diakses dari harddisk lainnya. Mirroring maksudnya setiap
harddisk penyimpan data memiliki satu harddisk sebagai pem-backup data
untuk mengembalikan data yang rusak ke data semula. Kelebihannya adalah
keandalan dalam mengembalikan data lebih baik. Sedangkan kekurangannya
adalah membutuhkan biaya lebih mahal karena membutuhkan biaya 2x lipat.
Contoh :
Sebuah server mempunyai 2 unit harddisk dengan kapasitas masing-masing
80GB dan dikonfigurasi dengan RAID 1. Setelah beberapa tahun, salah satu
harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun data pada harddisk lainnya
masih dapat dibaca, sehingga data masih dapat diselamatkan selama bukan
semua harddisk yang mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.
3.) RAID 2
Membutuhkan minimal harddisk sebanyak
5buah (n + 3 dimana n > 1 dengan n = jumlah hardisk data). Prinsipnya
adalah sama dengan menggunakan prinsip stiping. Hanya saja yang
membedakan adalah ditambahkannya 3 harddisk sebagai fungsi parity
hamming yang fungsinya sebagai penyimpan hamming code dari hasil
perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk untuk koreksi errornya,
sehingga data lebih reliable (handal). Jadi kelebihannya adalah data
lebih handal dengan 3 harddisk sebagai koreksi errornya. Kekurangannya
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengakses data menjadi lama dan RAID 2
tidak digunakan karena kita tidak memerlukan koreksi error yang terlalu
banyak yang malah dapat meyebabkan waktu akses lebih lama.
4.) RAID 3
Membutuhkan minimal harddisk sebanyak 3
buah (n + 1 dimana n > 1 dengan n = jumlah hardisk data). Juga
menggunakan sistem striping dengan harddisk tambahan sebagai
reliability, namun disini hanya ditambahkan sebuah harddisk sebagai
parity hamming. Harddisk terakhir inilah yang digunakan untuk menyimpan
parity hamming dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk
lainnya.
sumber :
Contoh : Kita mempunyai 4 harddisk (harddisk A, B, C, dan D) dengan
ukuran sama 500GB. Jika kita mengkonfigurasikannya dengan RAID 3, maka
kapasitas yang didapatkan adalah 3 x 500GB = 1,5 TB. Sedangkan haddisk D
digunakan untuk menyimpan informasi parity (bukan data) dari ketiga
harddisk lainnya. Ketika terjadi kerusakan fisik dari salah satu
harddisk utama (A,B,C) maka data tetap fapat dibaca dengan
memperhitungkan parity yang ada di harddisk D. Jika hardisk D yang
mengalami kerusakan, maka data tetap dapat dibaca dari ketiga harddisk
lainnya.
5.) RAID 4
Hampir sama dengan RAID 4 yang juga membutuhkan minimal harddisk
sebanyak 3 buah (n + 1 dimana n > 1 dengan n = jumlah hardisk data).
Juga menggunakan sistem striping dengan harddisk tambahan sebagai
reliability, dan hanya ditambahkan sebuah harddisk sebagai parity
hamming. Yang membedakan adalah pada RAID 4 harddisk terakhir yang
digunakan untuk parity hamming bukan berasal dari perhitungan bit-bit
data melainkan dalam ukuran yang lebih besar yakni dalam ukuran
blok-blok data. RAID 4 jarang digunakan karena sering terjadi bottleneck
yaitu penyempitan jalur data saat mengakses data sehingga dapat
menyebabkan komputer hang (bekerja tidak maksimal).
6.) RAID 5
Pada dasarnya RAID 5 sama dengan RAID 4, yang membedakan adalah parity
terdistribusi. Tidak menggunakan harddisk khusus untuk menyimpan
paritynya, melainkan parity disebar ke seluruh harddisk. Harddisk
minimal yang dibutuhkan juga sama 3 buah (n +1 dimana n > 1 dengan n =
jumlah hardisk). Parity disebar disetiap harddisk dilakukan untuk
mempercepat akses dan menghindari bottleneck yang terjadi karena akses
harddisk yang tidak terfokus pada kumpulan harddisk yang berisi data
saja.
7.) RAID 6
Umumnya RAID 6 adalah peningkatan dari RAID 5. Penambahan parity menjadi
2 (p+q). Jumlah haddisk minimalnya menjadi 4 buah ( (n +2 dimana n >
1 dengan n = jumlah hardisk). Penambahan harddisk ditujukan untuk
menanggulangi jika suatu saat ada dua buah harddisk rusak secara
bersamaan sehingga masih dapat ditoleransi. Misalnya jika sebuah
harddisk mengalami kerusakan, saat proses pertukaran harddisk tersebut
terjadi kerusakan lagi di salah satu harddisk yang lain, maka masih
dapat ditoleransi dan tidak mengakibatkan kerusakan data di harddisk
yang bersistem RAID 6.
http://id.wikipedia.org/wiki/RAID
http://memori-fahmi.blogspot.com/2011/11/pengertian-dan-jenis-raid-redudant.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar